أدب الفتيا
تأليف
الحــافظ جلال الدين السيوطــي
تحقيق
محمد عبد الفتاح سليمان عماوي و محمد أحمد الرواشدة
المكتبة الإسلامي و دار عمار
{
BAB :
HUKUM MEMBERIKAN FATWA
• أجركم على الفتيا أجركم على النار.
Balasan bagi seorang yang berfatwa tanpa berlandaskan ilmu adalah neraka
• من أفتي بفتيا من غير تثبت فإنما إثمه على من أفتاه. رواه الدارمي والحاكم عن أبي غريره. وأخرجه البيهقي : من أفتي بغير علم
Barangsiapa yang berfatwa tanpa berlandaskan ilmu, maka ia akan mendapatkan dosa atas fatwanya itu.
• إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس ولكن يقبضه بقبض العلماء حتى لم يبق عالما اتخذ الناس رؤساء جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا . رواه البخاري ومسلم عن ابن عمر
Sesungguhnya Allah swt tidak akan mencabut ilmu langsung dari seseorang, akan tetapi dengan mematikannya para ulama. sehingga tidak terdapat seorang alimpun dimuka bumi ini, kemudian manusia mengangkat orang bodoh sebagai pemimpin. Setelah itu mereka (para pemimpin) itu ditanya dan memberikan fatwa tanpa berlandaskan ilmu. Maka mereka tersesat dan menyesatkan orang lain.
BAB :
KEWAJIBAN MEMBERI FATWA BAGI YANG MAMPU DAN HARAM MENYEMBUNYIKAN ILMU
• من سئل علما فكتمه ألجم بلجام من نار. رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه والحاكم والبيهقي عن أبي غريرة.
Barangsiapa yang ditanya tentang ilmu, kemudian ia menyembunyikanya padahal ia tahu. Maka ia akan dilemparkan kelembah neraka.
• مثل الذي يتعلم العلم ثم لا يحدث به كمثل الذي يكنز فلا ينفق منه . رواه الطبراني عن أبي غريرة.
Perumpamaan orang yang belajar ilmu kemudian tidak mengamalkannya, seperti halnya orang yang menanam harta ditanah dan tidak menginfakkannya.
• مثل علم لا يظهره صاحبه كمثل كنز لا ينفق منه صاحبه. رواه الطبراني عن ابن عباس.
Permisalan ilmu yang tidak direalisasikan atau diamalkan pemiliknya, seperti halnya harta yang tidak diinfakkan.
• •• •• •
•
BAB :
TIDAK WAJIB MENJAWAB SETIAP PERTANYAAN YANG DITANYAKAN
• من أفتي الناس في كل يستفتونه فهو مجنون. رواه الدارمي والبيهقي عن ابن مسعود.
Barangsiapa yang memberikan fatwa kepada manusia atau ia selalu menjawab fatwa yang ditanyakannya, maka ia adalah seorang yang gila.
• من أفتي الناس في كل ما يسألونه فهو مجنون . رواه البيهقي عن ابن عباس .
Barangsiapa yang memberikan fatwa kepada manusia atau ia selalu menjawab pertanyaan yang ditanyakannya, maka ia seorang gila.
• لا تعجلوا بالبلية قبل نزولها فإنكم إن لا تعجلوها قبل نزولها لا ينفك المسلمون وفيهم إذا انزلت من إذا قال وفق وسدد وإنكم إن تعجلوها تختلف بكم الأهواء وتأخذوا هكذا هكذا . رواه الدارمي عن وهب بن عمير
Janganlah kamu menyegerakan kedatangan cobaan sebelum datangnya, karena apabila kamu tidak menyegerakannya sebelum turunnya maka ketika ia telah turun pada kaum muslim akan selalu ada orang yang apabila ia berkata dan berfatwa, ia akan selalu benar. Jika kalian tergesa-gesa dengannya, maka hawa nafsu akan mnyetir kamu, sehingga mengambil keputusan dengan cara kira-kira.
• إياكم وهذه العضل فإنها إذا نزلت بعث الله لها من يقيمها أو يفسرها . رواه البيهقي عن عمر بن الخطاب.
Hendaklah kamu menjahui pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan muskil, karena apabila ia telah turun, maka allah akan mengutus orang yang akan meluruskan dan menafsirkannya.
BAB
ANJURAN MENGATAKAN “LAA ADRII” JIKA TIDAK TAHU
• العلم ثلاثة : كتاب ناطق وسنة ماضية ولا أدري
Ilmu itu ada tiga: kitab natiq (al quran), sunnah rasul dan perkataan laa adri (saya tidak tahu)
• إذا سئل أحدكم عما لا يدري فليقل : لا أدري فإنه ثلث العلم
Jika diantara kalian ditanya tentang sesuatu yang tidak ia ketahui, hendaknya ia mengatakan "laa adri", karena sesungguhnya perkataan laa adri itu merupakan sepertiga ilmu.
• لا أدري نصف العلم
Perkataan "laa adr"i adalah setengah dari ilmu
• ألا أدلكم على علم كبير قالوا: بلى قال: إذا سئل الرجل عما لا يعلم أن يقول : الله ورسوله أعلم
Tidakkah kalian ingin aku tunjukkan ilmu yang besar? Para shahabat menjawab: ya rasulallah, kemudian rasulullah bersabda, "jika seseorang ditanya tentang sesuatu yang tidak ia ketahuinya, hendaknya ia mengatakan, "allah dan rasulnya lebih mengetahuinya".
• لا أعلم ، ثم قال ويل لمن يقول لما لا يعلم إني أعلم
Said bin zubair ditanya tentang sesuatu sedangkan ia tidak mengetahuinya, dan ia mengatakan, "laa adri", kemudian berkata, "celaka bagi seorang yang mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahuinya dengan perkataan "inni a'lam" (saya mengetahuinya).
BAB
TENTANG BACAAN YANG DIUCAPKAN SEBELUM MEMBERI FATWA
• كان ابن المسيب لا يكاد يفتي فتيا إلا قال: اللهم سلمني وسلم مني.
Tidaklah ibnu musayyab jika hendak menberikan fatwa melainkan berdoa, "yaa allah peliharalah aku dan selamatkan dariku (lisanku dari sesuatu yang tidak benar).
BAB
BOLEH MEMBERI FATWA DENGAN MINTA IZIN KEPADA ORANG YANG LEBIH ALIM
• كان معاذ بن جبل يفتي الناس بالمدينة في حياة رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبي بكر
Adalah muadz bin jabal ra memberikan fatwa dikota madinah pada masa rasulullah saw dan abu bakar ra.
• أعلم أمتي بالحلال والحرام معاذ بن جبل
Umatku yang paling alim tentang masalah halal dan haram adalah muadz bin jabal
• من كان يريد أن يسأل عن الفقه فليأت معاذ بن جبل
Barangsiapa yang ingin bertannya tentang masalah fikih, hendaknya ia datang kepada muadz bin jabal ra
BAB
MEMBERI GELAR KEPADA ULAMA
• كان سعيد بن المسيب عالم العلماء
Said bin musayyab adalah ulama yang paling alim diantara ulama lainnya.
BAB
TENANG KETIKA MEMBERIAKN FATWA
• استفت نفسك ثلاث مرات ((البر ما اطمأنت له النفس والإثم ما حاك في نفسك وتردد في صدرك وإن أفتاك الناس وأفتوك)).
Mintalah pendapat dari hatimu tiga kali : kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar